Menggapai Asa Menuju Cita-Cita Generasi Emas Indonesia

Dokumentasi Pribadi Penulis


Oleh: Leni, Presidium Hubungan Perguruan Tinggi (PHPT) PMKRI Cabang Sungai Raya


2 Mei 2018 diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional  Kiprah dan aktivitas seorang Ki Hajar Dewantara.  Beliau adalah tokoh dan pelopor pendidikan pada masa pergerakan Indonesia melawan Penjajah Belanda.Hari Pendidikan Nasional tahun ini mengangkat tema “ Menguatkan Pendidikan Memajukan kebudayaan”. Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia merupakan  Organisasi kepemudaan sebagai ujung tombak negeri ini, harus mampu menjadi agent of change dan agent of control sebagai garda terdepan dalam menyuarakan persoalan sosial kemasyarakatan. Sebagai  Kader PMKRI Sungai Raya ini adalah momentum bagaimana refleksi dunia pendidikan zaman now. Kita merenung sejenak ke belakang, melihat bagaimana dunia Pendidikan di era zaman digital ini.


Di Kutip dari laman Kemenkeu, Kemenkeu.go.id, alokasi anggaran pendidikan dalam APBN 2018 tercatat sebesar Rp. 444,1 triliun atau setara 20 persen dari total APBN. Rinciannya anggaran untuk pusat RP, 149,7 Triliun, transfer ke daerah Rp, 279,5 triliun, serta pembiayaan Rp, 15 triliun. Sasaran target anggaran pendidikan APBN 2018 adalah program Indonesia Pintar (19,7 juta jiwa), Bantuan Operasional Sekolah (56 juta jiwa), Beasiswa Bidikmisi ( 401.500 mahasiswa), pembangunan sekolah/rehab sekolah/ruang kelas (61.200 unit), dan tunjangan profesi guru yang terdiri PNS (257.200 guru), non PNS (435.900 guru), dan PNSD (1,2 juta guru).

Anggaran pendidikan dalam APBN 2018 tetap dijaga sebesar 20 %. Anggaran Bidang Pedidikan ini adalah meningkatkan akses, distribusi, dan kualitas pendidikan, memperbaiki kulitas sarana dan prasarana sekolah, sinergi pemerintah pusat dengan pemda, memperkuat pendidikan kejuruan dan sinkornisasi kurikulum SMK ( link and match), Sinergi program penigkatan akses (BOS, PKH, PIP, Bidikmisi dan DPPN). APBN adalah uang kita. Uang Rakyat Indonesia yang digunakan sebesar-besarnya demi kesejahteraan masyarakat indonesia. Partisipasi semua stakeholder khususnya masyarakat mempunyai peran penting dalam pengawasan program kinerja pemerintah untuk penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan publik yang lebih baik. Menemukan penyalahgunaan Anggaran segera laporkan.

Pendidikan harus dilakukan secara seimbang, dan harus saling melengkapi seperti pendidikan formal,non formal, dan informal. Pendidikan Nasional saat ini kekurangan marwah nya, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Padahal jika kita lihat Indonesia, khususnya Provinsi Kalimantan Barat  mempunyai Cultur nya sendiri. Nilai-nilai kearifan lokal harus dan budaya lokalitas harus kita kita hidupkan kembali dan kita kampanyekan sebagai sarana pembentukan karakter bangsa, pada dasarnya ada tri pusat pendidikan yaitu Keluarga,sekolah,dan masyarakat harus bersinergi memperbaiki kinerja dunia pendidikan dan kebudayaan dalam menumbuhkembangkan karakter dan literasi anak-anak indonesia.

Permasalahan pendidikan di Kalbar sendiri cukup kompleks, seperti Geografis yang ada di Kalimantan Barat ini kita tahu bahwa akses jalan menuju sekolah rusak parah, harus melewati sungai yang sulit terjangkau,Gaji Guru Honorer di bawah UMK, Pencairan dan dana tunjangan khusus tak jelas, Sarana dan prasarana pendidikan yang belum memadai seperti Ujian Nasional berbasis Komputer (UNBK)terkesan pemerintah memaksa seharusnya pemerintah berhitung bagaimana dengan wilayah perbatasan dan pedalaman yang tidak ada komputer,tidak ada akses internet,listrik tidak ada untuk Wilayah 3 T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) pemerataan pendidikan yang belum memadai. Permasalahan ini sebenarnya sudah klasik, tetapi belum ada langkah serius dari pihak pemerintah.

Apresiasi setinggi-tingginya terhadap pemerintah yang genjar-genjar membangun infrastruktur pendidikan dan kebudayaan dilakukan juga penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) agar menjadi modal yang andal dan siap mengahadapi perubahan zaman yang melaju kencang, kompleks, dan multiarah.  Tetapi, 72 tahun indonesia merdeka, apa yang terjadi dengan Pendidikan yang di Sungkung, Kabupaten Bengkayang yang viral tahun 2017 yang lalu, bagaimana dengan daerah lain. Sadar atau tidak sebenarnya itu sudah menampar, pemerintah daerah kita khususnya kepala derah. Sebagai penyambung lidah rakyat, pemerintah sebenarnya harus mengetahui permasalahan di daerahnya masing-masing.

Ketidakpedulian Pemerintah Pusat dan daerah terhadap keluhan semacam ini, kepada siapa lagi mereka harus mengadu. Sudah seharusnya pemerintah andil dan proaktif dan memberikan perhatian lebih. Dalam tulisan ini juga perlu saya sampaikan mari kita bersama-sama peduli terhadap lingkungan sekitar kita mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat,organisasi,pihak swasta semua stakeholder dan berkontribusi meningkatkan pendidikan kita sesuai dengan kultur dalam mencerdaskan bangsa. Dalam Hal ini, sebagai organisasi kepemudaan dan menyandang gelar Mahasiswa harus mampu melaksanakan Tri dharma Perguruan Tinggi terutama yang ketiga “Pengabdian kepada Masyarakat” perlu di tingkatkan.

*) 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel